SEKILAS CIREBON
Kota
ini letaknya di pantai utara Pulau Jawa dan merupakan perbatasan antara
Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Oleh sebab itu bahasa yang digunakan oleh
penduduk kota ini semacam bahasa campuran antara Jawa dan Sunda.
Sebagai
kota pantai, Cirebon dan sekitarnya banyak menghasilkan ikan laut dan
udang, sehingga mendapatkan sebutan sebagai “Kota Udang”.
Rental Mobil Cirebon
Dahulu
kala, kota ini merupakan ibukota kerajaan Islam.
Peninggalan-peninggalan kuno masih ada sampai saat ini, seperti
makam-makam, benda-benda serta tradisi kunonya yang merupakan suatu daya
tarik kota ini, bagi para wisatawan.
SEKILAS CIREBON
Keraton Kasepuhan Cirebon
Pangeran
Sri Mangana Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran
Bogor, tercatat sebagai pendiri Keraton Pakungwati sekitar tahun 1480 M.
Kedudukannya sebagai putra mahkota dan tumenggung di Cirebon tak
membuatnya ragu untuk memisahkan diri dari Kerajaan Padjajaran.
Keputusan tersebut diambil agar beliau lebih leluasa mengembangkan agama
Islam dan sekaligus terbebas dari pengaruh agama Hindu, agama resmi
Kerajaan Padjajaran.
Nama Pakungwati diambil dari nama Ratu Ayu Pakungwati, puteri Pangeran Cakrabuana sendiri.
Nama Pakungwati diambil dari nama Ratu Ayu Pakungwati, puteri Pangeran Cakrabuana sendiri.
Kelak, Ratu Ayu
Pakungwati menikah dengan Syarif Hidayatullah, atau yang lebih populer
dengan nama Sunan Gunung Djati.
Setelah Pangeran Cakrabuana mangkat,
Sunan Gunung Djati naik tahta pada tahun 1483 M. Selain sebagai seorang
pemimpin yang disegani, Sunan Gunung Djati juga dikenal sebagai seorang
ulama terkemuka di Cirebon.Pada tahun 1568 M Sunan Gunung Djati wafat.
Kemudian, posisinya digantikan oleh cucunya, Pangeran Emas yang bergelar
Panembahan Ratu.
Pada masa Pangeran Emas inilah dibangun keraton baru
di sebelah barat Dalem Agung yang diberi nama Keraton Pakungwati. Sejak
tahun 1697 M, Keraton Pakungwati lebih dikenal dengan nama Keraton
Kasepuhan dan sultannya bergelar Sultan Sepuh.
Pada tahun 1988, untuk
menjaga dan melindungi keaslian keraton, terutama koleksi benda-benda
kuno peninggalan Kesultanan Cirebon, dua ruangan yang berada di bagian
depan Keraton Kasepuhan dijadikan museum yang dapat dikunjngi oleh
masyarakat luas.
SEKILAS CIREBON
Kereta Singa Barong Kasepuhan
Kereta
Singa Barong adalah hasil karya Panembahan Losari, cucu Sunan Gunung
Jati, yang dibuatnya pada 1549.
Ukiran binatang pada kereta Kereta Singa
Barong ini berbelalai gajah yang melambangkan persahabatan Kasultanan
Cirebon dengan India,
berkepala naga sebagai lambang persahabatan dengan Cina, serta bersayap dan berbadan Buroq yang melambangkan persahabatan dengan Mesir.
berkepala naga sebagai lambang persahabatan dengan Cina, serta bersayap dan berbadan Buroq yang melambangkan persahabatan dengan Mesir.
SEKILAS CIREBON
Keraton Kanoman
Keraton
Kanoman didirikan oleh Sultan Kanoman I (Sultan Badridin) turunan ke
VII dari Sunan Gunung Jati (Syarief Hidayatullah) pada tahun 510 tahun
Saka atau tahun 1588 Masehi
SEKILAS CIREBON
Kereta Paksi Naga Lima
Kereta
Paksi Naga Liman yang merupakan Kereta kebesaran Sunan Gunung Jati dan
para Sultan Cirebon ini dibuat pada tahun yang sama dengan Kereta
Jempana, yaitu tahun Saka 1350 atau 1428, juga atas prakarsa Pangeran
Losari.
Kereta Paksi Naga Liman menggabungkan bentuk paksi (burung),
naga, dan liman (gajah) yang belalainya memegang senjata trisula ganda.
Keistimewaan Kereta Paksi Naga Liman yang disimpan di Keraton Kanoman
ini ada pada bagian sayapnya yang bisa mengepak saat kereta sedang
berjalan.
SEKILAS CIREBON
Keraton Kacirebonan
Keraton
Kacirebonan merupakan keraton yang paling kecil diantara keraton lain
yang ad di daerah cirebon.
Sejarah Keraton Kacirebonan dimulai ketika Pangeran Raja Kanoman, pewaris takhta Kesultanan Keraton Kanoman bergabung dengan rakyat Cirebon dalam menolak pajak yang diterapkan Belanda, yang memicu pemberontakan di beberapa tempat.
Sejarah Keraton Kacirebonan dimulai ketika Pangeran Raja Kanoman, pewaris takhta Kesultanan Keraton Kanoman bergabung dengan rakyat Cirebon dalam menolak pajak yang diterapkan Belanda, yang memicu pemberontakan di beberapa tempat.
Pangeran Raja
Kanoman kemudian tertangkap oleh Belanda dan dibuang ke benteng Viktoria
di Ambon, dilucuti gelarnya, serta dicabut haknya sebagai Sultan
Keraton Kanoman.
Namun karena perlawanan rakyat Cirebon tidak juga reda,
Belanda akhirnya membawa kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon dalam
upaya mengakhiri pemberontakan.
Status kebangsawanan Pangeran Raja Kanoman pun dikembalikan, namun haknya atas Kesultanan Keraton Kanoman tetap dicabut
Status kebangsawanan Pangeran Raja Kanoman pun dikembalikan, namun haknya atas Kesultanan Keraton Kanoman tetap dicabut
SEKILAS CIREBON
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Mesjid
Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1498 M oleh Wali Sanga atas
prakarsa Sunan Gunung Jati. Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga
dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang
pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak.
Mesjid ini dinamai Sang
Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan.
Penduduk Cirebon pada masa itu menamai mesjid ini Mesjid Pakungwati
karena dulu terletak dalam komplek Keraton Pakungwati. S
ekarang mesjid
ini terletak di depan komplek Keraton Kesepuhan.
Menurut cerita rakyat,
pembangunan mesjid ini hanya dalam tempo satu malam; pada waktu subuh
keesokan harinya telah dipergunakan untuk shalat Subuh.
Nama Masjid Sang
Cipta Rasa sendiri mempunyai Makna Filosofi Sang berarti Agung, Cipta
berarti Bangunan sedang rasa berarti manfaat, sehingga arti kata Sang
Cpta Rasa maksudnya berarti Bangunan yang memilki Manfaat yang
Agung/besar yang dikaitkan dengan kegiatan syiar agama islam dan agama
di tanah cirebon.
Keunikan Masjid ini yaitu dengan diadakannya adzan Pitu (tujuh Muadzin) pada setiap sholat jum’at.
Keunikan Masjid ini yaitu dengan diadakannya adzan Pitu (tujuh Muadzin) pada setiap sholat jum’at.
Masjid Agung Sang Ciptarasa
(sebutan sehari-harinya masjid agung) ini merupakan salah satu bagian
dari kraton Kasepuhan. Masjid ini terletak di sebelah barat Alun-Alun
Sangkalabuwana (Alun-Alun depan Keraton Kasepuhan). Luas arealnya
sekitar 4.750 meter persegi. Di dalamnya terdapat beberapa sakaguru yang
berfungsi sebagai penopang struktur bagian atas. Yang lebih menarik
lagi adalah saka tatal-nya, yaitu sebuah tihang penopang yang cukup
kuat, walaupun hanya terbuat dari serpihan-serpihan kayu.
SEKILAS CIREBON
Makam Sunan Gunung Jati
Makam
Sunan Gunung Jati Dihiasi dengan keramik buatan Cina dari jaman Dinasti
Ming.
Di komplek makam ini di samping tempat dimakamkannya Sunan Gunung
Jati juga tempat dimakamkannya Fatahilah panglima perang pembebasan
Batavia.
Lokasi ini merupakan komplek pemakaman bagi keluarga Keraton
Cirebon, terletak + 6 Km ke arah Utara dari Kota Cirebon Jawa Barat.dan
makam ini selalu ramai di kunjungi orang untuk berziarah,apalagi waktu
malam jum'at
Makam
Sunan Gunung Jati yang berada di bukit Gunung Sembung hanya boleh
dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian
yang merawat sebagai Juru Kunci-nya.
Selain
dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk
memasuki makam Sunan Gunung Jati.
Alasannya antara lain adalah begitu
banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik
atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan
guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam.
Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien.
Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien.
Banyak keramik yang
masih sangat baik kondisinya, warna dan design-nya sangat menarik.
Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk seperti
pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan
hilang atau rusak.
SEKILAS CIREBON
Pedati Gede Pekalangan
Barangkali
tak ada pedati di jagat ini memiliki ukuran raksasa seperti pedati gede
ini. Panjang total pedati 8,6 meter, tinggi 3,5 meter dan lebar 2,6
meter.
Pedati itu memiliki enam roda besar berdiameter 2 meter dan dua
roda kecil berdiameter 1,5 meter. Panjang jari-jari roda besar 90 cm dan
panjang jari-jari roda kecil 70 cm.
Pedati
Gede Pekalangan adalah rancang bangun teknologi pada zamannya. Roda
pedati ini dihubungkan oleh semacam as yang terbuat dari kayu bulat
berdiameter 15 cm.
As ini kemudian dimasukkan ke dalam poros yang
dipasang di setiap roda, yang juga terbuat dari kayu.
SEKILAS CIREBON
Tari Topeng Cirebon
Tari
Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon,
termasuk Indramayu dan Jatibarang.
Tari topeng Cirebon adalah salah satu
tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya
menggunakan topeng di saat menari.
Tari
topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan
dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari
topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan
oleh beberapa orang.
Tari Topeng ini sesungguhnya secara filsafat menggambarkan perwatakan kehidupan manusia.
Tari Panji : menggambarkan
manusia yang suci layaknya seorang prabu, pemimpin yang arif, adil dan
bijaksana dan selalu mengerjakan perbuatan yang baik.
Tari Samba : menggambarkan
gemerlapnya keduniawian, harta benda, wanita, bermewah - mewah,
glamour. Oleh karena itu tarian ini kelihatan lincah dan kaya akan gerak
dan irama.
Tari Tumenggung : adalah
gambaran dari sikap kehidupan prajurit dan kepahlawanan yang gagah
berani. penuh dedikasi, loyalitas dan tanggung jawab yang tinggi.
Tari Kelana / Rahwana : menggambarkan
angkara murka, watak manusia yang serakah dan menghalalkan segala cara
demi mewujudkan ambisi pribadinya. Namun dia juga adalah pemimpin yang
kaya raya, memiliki keduniawian yang tangguh